Cabang-cabang Pemikiran dalam Kapitalisme
Kapitalisme adalah sistem di mana individu
mempunyai hak kepemilikkan terhadap
barang, properti dan faktor-faktor produksi
dan bebas mentransaksikannya
bebas pula menggunakannya untuk memproduksi barang apa pun
dalam jumlah seberapa banyak pun
untuk memenuhi keinginan pribadinya atau self-interest
Terlebih lagi
kekuasaan pemerintah dibatasi
agar tidak menganggu kebebasan individu
Namun apakah Kapitalisme sesederhana itu?
Faktanya
banyak individu yang melabel dirinya kapitalis
Tetapi saling berseteru dengan kapitalis lainnya
Bahkan, contoh yang paling dasar adalah pertanyaan:
"Seberapa banyak intervensi pemerintah dalam kebijakan ekonomi yang dapat dilakukan?"
Untuk menjawab pertanyaan sebelumnya
Ada tiga (3) pemikiran Kapitalisme utama yang memiliki perbedaan pendapat.
Pertama, paham Kapitalisme yang terinspirasi oleh
Austrian School of Economics
Paham ini diajukan oleh tiga orang Austria, yakni
Carl Menger
Friedrich von Wieser
dan Eugen Böhm von Bawerk
Dasar pemikiran Austria adalah pemahaman
bahwa manusia memiliki
keinginan
dan harapan akan konsekuensi pilihan yang diambil.
Rumus yang diutarakan adalah:
Setiap individu di dunia ini memiliki keinginan dan tujuannya masing-masing
Dan setiap individu memiliki harapan-harapan
Apa yang akan didapatkan dengan memenuhi keinginan tersebut
Pada akhirnya akan menghasilkan sikap manusia yang berbeda-beda pada waktu tertentu.
Paham Austria ini menyatakan bahwa tidak ada batas pada jumlah, karena masing-masing dengan pilihannya yang subyektif.
Sebagai contoh mie instan
Ada yang menyukai mie instan rasa ayam bawang yang merupakan mie berkuah
dan ada yang menyukai mie instan yang tidak berkuah.
Ini dikarenakan subyektivitas masing-masing para konsumen.
Paham Austria juga meyakini
bahwa harga sebuah barang adalah hal yang subyektif
dan saling bergantung satu dengan yang lain
Subyektif diartikan sebagai harga sebuah barang
seperti barang konsumsi seperti roti
minuman, pakaian ditentukan oleh keinginan subyektif
individu dan kemampuan ekonominya.
Saling bergantung diartikan sebagai harga barang-barang tertentu
ditentukan oleh harga barang lainnya.
Misalkan harga sebuah roti
ditentukan oleh harga tepung yang digunakan oleh roti tersebut
dan harga tepung ditentukan oleh harga gandum.
Begitu juga dengan barang yang merupakan barang modal.
Seperti mesin jahit, oven, dan sejenisnya
nilainya ditentukan oleh kemampuannya memproduksi.
Ini yang menghasilkan pemahaman bahwa
institusi-institusi tertentu
dan interaksi yang kompleks terbentuk dikarenakan
pilihan-pilihan yang subyektif.
Sistem perekonomian, uang, etika, hukum, dan, bahkan, bahasa pun dihasilkan oleh interaksi tersebut.
Contohnya uang seratus dolar yang kita gunakan
ternyata hanya membutuhkan biaya produksi sebesar 12 sen.
Tetapi nilai uang tersebut tetaplah 100 dolar.
Austrian School of Economics yang menyatakan
bahwa ekonomi ditentukan oleh pilihan subyektif
yang berbeda-beda oleh jutaan manusia
dan di mana pilihan-pilihan tersebut akan berubah pula
seiring waktunya berjalan.
Ini yang menegaskan
mengapa setiap manusia
harus memiliki kebeasan untuk memproduksi barang dan jasa untuk memenuhinya.
Setiap individu bebas pula untuk menentukan harga sesuai dengan keinginan pasar.
Dan bila seseorang ingin bebas memproduksi barang
dan jasa secara efisien, maka
perlindungan hak-hak kepemilikkan modal dan properti harus dijaga.
Oleh karena itu,
pemahaman ini menekankan bahwa pengelolaan ekonomi
oleh pemerintah tidak akan pernah menjadi
sistem ekonomi yang efektif dikarenakan pemerintah
tidak akan pernah mampu
mempelajari semua keinginan subyektif manusia.
Selain Austrian School of Economics
Ada pemikiran Kapitalisme yang tidak kalah penting,
yakni Keynesian yang dicetuskan
oleh John Maynard Keynes
dari tahun 1929
sampai dengan 1939.
Pemikiran ini tercetus
berkat kekhawatiran Keynes terhadap persepsi masyarakat
yang menilai kegagalan Kapitalisme yang mengakibatkan
krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat
Pasar saham jatuh, penurunan daya beli
investasi yang berkurang, pengangguran yang merajalela
terutama pada tahun 1933
di mana terdapat 15 juta pengangguran di Amerika Serikat
petani mengalami gagal panen
dan jumlah orang yang tidak memiliki rumah melonjak.
Selain itu, dampak perang dunia 1
dan besarnya kemiskinan dan pengangguran di Eropa.
Hal-hal ini yang menyebabkan Keynes khawatir
masyarakat akan terdorong untuk memilih tipe ekonomi yang otoriter seperti Komunisme
dan Fasisme
Untuk mendapatkan perekonomian yang lebih baik
meski harus mengorbankan kebebasan individu.
Keynes percaya bahwa nilai-nilai Kapitalisme,
yakni kebebasan, individualisme
dan efisiensi ekonomi tetap harus dipertahankan.
Tetapi pasar dan perekonomian
harus diatur demi membawa kesejahteraan masyarakat.
Di dalam bukunya yang berjudul 'The General Theory of Employment, Interest and Money'
Dia menyarakan pemerintah untuk menerapkan
kebijakan fiskal dan moneter.
Pemerintah juga harus berinvestasi di sektor publik
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Keynes juga mengajukan pajak progresif
peningkatan infrastruktur dan pengontrolan suku bunga.
Ini yang menyebabkan Keynes berada di posisi unik pada spektrum politik
Kaum kiri menilai Keynes sebagai Kapitalis
dan orang kanan menilai Keynes sebagai Sosialis.
Terakhir adalah Kapitalisme Ekstrim
Kapitalisme Ekstrim diterapkan oleh Nazi (di) Jerman dan Fasis (di) Italia.
Dalam sistem Kapitalisme Ekstrim
para elit, perwira militer dan pengusaha kaya
diberikan kebebasan yang luar biasa
dengan jaminan mereka akan mendukung pemerintah
dalam berbagai hal
Negara akan menentukan jalannya perekonomian
dengan bekerja sama dengan kaum elit.
Sedangkan, kaum buruh dan pekerja ditindas habis-habisan atas dasar persatuan.
Beberapa usaha yang seharusnya menjadi kepentingan publik
diberikan kepada sektor swasta atau private
dengan pengawasan negara.
Oleh karena itu, meski nama parti Nazi
adalah partai Nasionalis-Sosialis prinsip-prinsip yang diterapkan
adalah Kapitalisme Ekstrim.