Dunia di Bawah Sosialisme, Seperti Apa?
Biasanya, sosialis menggunakan Uni Soviet sebagai contoh kesuksesan sosialisme. Bagaimana tidak? Negara yang dulunya terpuruk dan hanya berbasis pada pertanian justru diubah menjadi negara adikuasa dengan industri dan militer yang bahkan bisa mengancam keberadaan Amerika. Tingkat literasi yang meningkat tajam dan penambahan derajat kehidupan masyarakat Rusia yang dapat dicapai dalam jangka waktu 30 tahun menjadi inspirasi bagi kaum kiri sedunia tentang betapa indahnya sosialisme. Akan tetapi, keberhasilan negara-negara seperti Uni Soviet, Korea Utara dan Cuba, dihadapkan dengan dua pertanyaan. Yang pertama - apakah sistem yang dijalankan betul betul sosialisme? Dan yang kedua - bila ya apakah sistem tersebut bekerja dengan baik? Mendefenisikan sosialisme merupakan masalah bagi para sosialis sejak dulu. Meskipun pengertian secara simpelnya adalah suatu sistem dimana properti dan distribusi kekayaan dan sumber daya dikuasai secara kolektif melalui pemerintah dan bukan oleh individu yang mencari self interes,t banyak sekali pertantaan-pertanyaan seperti peran pemerintah peran pekerja, pasar bebas yang mendapatkan jawaban yang berbeda-beda dari sosialis-sosialis sebelumnya. Hal ini menyebabkan, terjadinya perdebatan diantara kaum kiri sendiri. Kenapa negara sosialis sebesar Uni Soviet dan negara-negara sosialis lain, bisa gagal? Salah satu contohnya adalah pakar ekonomi Michael Lebowitz. Menurut Lebowitz, sosialisme ditandai dengan kegiatan produksi yang dikuasai oleh para pekerja dan kepemilikan sosial pada modal produksi.Iironisnya, dia percaya bahwa Uni Soviet dan sekutunya kekurangan akan karakteristik sosialisme tersebut. Dia justru menganalisa bahwa di negara-negara sosialis terdapat 3 jenis kelas yang memiliki kepentingan berbeda. Manajer, pekerja, dan perencana. Pekerja memiliki keinginan untuk penghidupan yang lebih baik. Manajer-manajer ingin meningkatkan industri yang dia pegang agar bisa memenuhi kuota produk. Dan perencana, justru yang menentukan apa dan berapa banyak bagaimana dan untuk siapa sebuah produk diproduksi. Di situasi ini, justru perencana lah yang mempunyai alat-alat produksi. Beberapa jurnal ilmiah bahkan berpendapat bahwa negara-negara sosialis khususnya Uni Soviet tidak masuk dalam kriteria sosialisme seperti apa yang pendirinya impikan, melainkan Uni Soviet tidak lebih dari bentuk baru sistem merkantilisme, abad ke 17, dimana: Pemerintahan ditandai dengan munculnya elit-elit politik yang dikuasai oleh diktator. Intervensi pemerintahan yang besar dan pembentukan kartel-kartel dan monopoli ekonomi. Pengekangan kebebasan ekonomi untuk mempertahankan monopoli ekonomi yang sudah ada, yang hanya bisa didapati melalui koneksi politik. Dan proses birokrasi yang rumit. Para perencana produksi memiliki tugas untuk menentukan seberapa dan barang apa saja yang diproduksi melalui instruksi pemerintah pusat. Akibatnya, praktik korupsi, penyogokan dan politik rente menjadi hal yang biasa terjadi. Dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari pungli sering dilakukan oleh pejabat-pejabat negara. Para elit, juga bisa menyogok aparatur pemerintahan untuk memberikan mereka hak-hak spesial. Salah satu contoh yang paling sederhana adalah mereka bisa menyogok sekolah pemerintahan untuk menerima anak mereka bersekolah di tempat tersebut. Karena memenuhi kebutuhan sehari-hari menjadi hal yang sangat sulit, praktik perdagangan ilegal dan pasar gelap menjadi merajalela di Uni Soviet. Terlebih dari itu, untuk mempertahankan sistem ini, polisi rahasia dan tentara sering bertindak semena mena. Yakin, ini surga yang ditawarkan para sosialis? Tentu saja ada banyak sosialis dan kaum kiri yang tidak setuju dengan pendapat ini. Mari kita asumsikan bahwa negara negara sosialis terus setia pada paham Marx. Maka, apakah mereka sudah membawa kesejahteraan? Pada tahun 1980 Masyarakat soviet mengalami ketimpangan kekayaan yang sangat tinggi dimana kurang dari 2,5% dari populasi memiliki kekayaan yang lebih dari mayoritas masyarakat. Ketimpangan geografis juga terasa dimana satu daerah yang ditempati oleh 0.4% dari populasi Uni Soviet mengkonsumsi 56% makanan yang berkualitas tinggi dan 100% makanan dari semua makanan di daerah tersebut. Hanya minoritas orang yang dikategorikan sebagai kelas menengah, yaitu mereka yang memiliki tempat tinggal, mobil dan peralatan rumah tangga. 86% dari masyarakat Uni Soviet hidup dalam kemiskinan. Bahkan angka harapan kehidupan di Uni Soviet dikalahkan oleh negara-negara kecil seperti Malaysia dan Singapura. Tunggu Dulu. Bagaimana dengan negara-negara Skandinavia yang sejahtera tapi menerapkan sosialisme? Yang namanya sosialisme, tidak harus seperti Uni Soviet, Cuba dan Korea Utara kan? Ya, akan tetapi pakar ekonomi dan sejarah menghubungkan keberhasilan ekonomi negara-negara Skandinavia dengan sejarah dan budaya mereka lebih dari sistem perekonomian mereka. Pada abad pertengahan sistem ekonomi di Skandinavia di tandai dengan kepemilikan pribadi lahan-lahan oleh petani petani kecil. Cuaca yang keras memaksa mereka untuk bekerja keras dan menjadi mandiri. Inilah yang menyebabkan etos kerja yang baik. Perlu diketahui, bahwa negara-negara Skandinavia mulai menerapkan kebijakan pasar bebas atau kapitalisme pada tahun 1870 dan semenjak itu, mengalami pertumbuhan ekonomi yang luar biasa. Ironisnya, pertumbuhan ekonomi tersebut mengalami penurunan pada tahun 1960 dan 1970 ketika pajak yang tinggi dan kebijakan welfare mulai diterapkan. Bahkan kebijakan tersebut, membawa dampak langsung pada perliaku masyarakat, dimana tingkat kebergantungan pada pemerintah dan pensiun dini malah meningkat. Sosialisme seperti yang diimpikan Karl Marx memang terdengar baik. Karena dia harus mengasumsikan bahwa setiap manusia bisa dipaksa untuk menjadi baik dan akan menjadi baik. Dia harus mempercayai bahwa para elit politik akan fokus pada kesejahteraan umum. Kenyataannya, kita melihat kesenjangan dan praktik korupsi masih terjadi di negara-negara sosialis. Sosialisme dan otoritarianisme harus menjadi bagian yang saling melengkapi dan tidak bisa dipisahkan. Adam Przeworsky, seorang sosialis, bahkan mengakui bahwa sosialisme tidak dapat diterapkan secara efektif, karena sulitnya pemerintah sentral untuk menentukan keperluan dari tiap-tiap individu yang subjektif. Pada tahun 1957. Seorang komunis asal Yugoslavia, Milovan Djilas, mengatakan bahwa kelas baru telah bangkit di Uni Soviet yang menyamar menjadi sosialis tapi malah menindas masyarakat miskin. Maka, revolusi harus diadakan untuk mengalahkan kelas itu, LAGI. Marx mengatakan bahwa dunia dengan sendirinya akan berkerak menuju sosialisme dan akhirnya komunisme. Sudah satu abad setelah dia menulis hal ini dan hal ini tidak pernah terjadi. Justru yang terjadi adalah bermunculan interpretasi dan interpretasi ideologi yang tak kunjung selesai. Bukannya malah berkembang, sosialisme dan komunisme justru mengalami kemunduran. Dan meskipun suatu waktu kita akan mencapai komunisme, apakah kita yakin tidak akan ada kontradiksi dalam komunisme? Atau mungkin, sosialisme dan komunisme memang ditakdirkan untuk gagal dalam jangka panjang.